PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
DHF (Dengue
Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah.
Menurut para ahli,
demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada
anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot,
dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti; bintik merah pada
kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB
berdarah.
Demam Berdarah Dengue
(DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,d engan genusnya adalah
flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan
manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas
penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara
penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit
DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar
keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya
korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen
penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor
geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam
manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah
berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan sub tropis.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat
memahami asuhan keperawatan anak pada klien DHF (Dengue Haemorraghic Fever).
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat
menjelaskan :
1. Definisi penyakit DHF pada anak.
2. Etiologi penyakit DHF pada anak.
3. Manifestasi klinik penyakit DHF pada anak.
4. Patofisiologi penyakit DHF pada anak.
5. Komplikasi penyakit DHF pada anak.
6. Klasifikasi penyakit DHF pada anak.
7. Pemeriksaan Penunjang DHF pada anak.
8. Penatalaksanaan penyakit DHF pada anak.
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Dengue haemoragic fever
adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan,
yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief
Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Demam berdarah dengue
adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman;
1987; 16).
Dari beberapa
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
B. ETIOLOGI
1. Virus dengue
Virus dengue yang
menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus)
group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat
tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari
yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor
Virus dengue serotipe
1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti,
nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer
&Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti
maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita
kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor
penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua
nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah
(Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di
dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (
Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada
siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat
infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang
spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi
virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue
Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua
kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue
dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah
masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia(adanya virus di dalam darah).
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a,
C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh
darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus
juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan
berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi
terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak
teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue
inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang
hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen
sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan
permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila
kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai
akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3)
kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor
pembekuan.
Ketiga faktor tersebut
akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan
hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Pathways
D. MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS DENGUE
1. Demam
Demam terjadi secara
mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau
lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang
tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan
persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ;
39).
2. Perdarahan
Perdaran biasanya
terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di
dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari
demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga
sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus
di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita,
1995 ; 39).
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya
terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda
kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan,
jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).
E. KLASIFIKASI DHF
Menurut derajat
ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF
IKA, 1994 ; 201) yaitu :
a) Derajat I
Panas 2 – 7 hari ,
gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
b) Derajat II
Sama dengan derajat I
di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa,
epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan
sebagainya.
c) Derajat III
Penderita syok ditandai
oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 /
menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg)
sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
d) Derajat IV
Nadi tidak
teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
F. TANDA DAN GEJALA
1. Demam tinggi dan mendadak dan terus menerus
selama 2-7 hari
Manifestasi perdarahan
: uji rumpeleede positif, ptekiae, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, melena
2. Keluhan pada saluran pencernaan : mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati
3. Nyeri sendi , nyeri kepala, nyeri otot,
rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita), hepatomegali,
splenomegali
4. Kadang ditemui keluhan batuk pilek dan
sakit menelan.
Gejala klinik lain
yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi dan kejang –
kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah
B. Serology : HI (hemaglutination inhibition
test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1) Tirah baring atau istirahat baring.
2) Diet makan lunak.
3) Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat
berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian
cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
4) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer
laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu,
nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap
jam.
6) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari
golongan asetaminopen.
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut.
9) Pemberian antibiotik bila terdapat
kekuatiran infeksi sekunder.
10) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi
keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.
11) Bila timbul kejang dapat diberikan
Diazepam.
Pada kasus dengan
renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma
atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
Pada DBD tanpa renjatan
hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit
demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa
renjatan apabila :
1) Pasien terus menerus muntah, tidak dapat
diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung mengikat.
I. PENCEGAHAN
Vaksin pencegahan DBD
hingga saat ini belum tersedia, oleh sebab itu pencegahan dititik beratkan pada
pemberantasan nyamuk dengan penyemprotan insektisida dan upaya membasmi jentik
nyamuk yang dilakukan dengan 3 M.
Gerakan 3 M
Menguras tempat – tempat penampungan air
secara teratur sekurang – kurangnya sekali seminggu atau penaburan bubuk abate
ke dalamnya.
Menutup rapat tempat penampungan air.
Mengubur atau menyingkirkan barang – barang
bekas yang dapat menampung air Pemberantasan vector:
Fogging ( penyemprotan )
Kegiatan ini dilakukan
bila hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria
Abatisasi
Semua tempat
penampungan air di rumah dan bangunan yang ditemukan jentik Aedes aegypti ditaburi bubuk abate
dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air.
J. DIAGNOSA BANDING
Gambaran klinis DHF seringkali
mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
1) Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam
lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan
infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
2) Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda
klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia,
limfositosis relatif.
3) Anemia aplastik
Penderita tampak
anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi
sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.
4) Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya
terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi
hemokonsentrasi.
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DHF
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 10
Juni 2001 Jam
Masuk : 09.00 WIB
Ruang : Menular Anak No. Reg. Med : 1005905
Pengkajian : 11 Juni 2001;09.00 WIB
1) IDENTITAS
Nama Klien : An. Y Nama Orang Tua : Tn. Y.E
Tgl Lahir : 9 Juli 1995 Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :
TK pendidikan : SLTA
Pekerjaan : - Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Gubeng Jaya Sby
2) RIWAYAT KEPERAWATAN
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk rumah sakit
dengan dibawa oleh keluarga/orang tua setelah sebelumnya mengalami demam
semenjak hari rabu siang (sepulang sekolah)/telah lima hari demam. Demam yang
dialami klien tidak berkurang (relatif menetap). Penyebab demam tidak diketahui
keluarga, demam tidak berkurang dengan pemberian obat-obatan turun panas dan
kompres. Pada hari minggu pagi anak mengalami epistaksis dan kemudian dibawa ke
RS Dr. Sutomo.
Saat ini klien kurang
nafsu makan. Klien selalu merasa kenyang setelah makan 2-3 sendok makan dan
mengatakan perutnya terasa penuh. Kondisi ini terjadi semenjak empat hari yang
lalu. Klien dan keluarga mengatakan tidak tahu penyebab tidak nafsu makan.
Dengan kondisinya saat ini klien merasa badannya agak lemas.
b) Riwayat Kehamilan
Selama kehamilan ibu
tidak pernah menderita penyakit, Ibu tidak menderita penyakit demam, campak,
atau perdarahan serta mules yang berlebihan. Ibu juga tidak pernah mengalami
trauma fisik selama kehamilan. Selama kehamilan ibu selalu memeriksakan dirinya
ke Puskesmas.
c) Riwayat Persalinan
Persalinan spontan
dalam kondisi aterm. Bayi menangis spontan kuat,. Bayi/klien tidak mengalami Cyanosis/icterus. Berat badan
saat lahir 3200 gram, Panjang badan 45 Cm.
Berat placenta tidak diketahui.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua tidak ada
yang menderita penyakit jantung, penyakit kencing manis
e) Riwayat Imunisasi
Klien telah mendapatkan
Imunisasi lengkap, belum pernah mendapatkan booster (imunisasi ulangan).
Riwayat demam pada pemberian vaksin DPT, diatasi dengan obat-obatan yag dibeli
keluarga
f) Riwayat Tumbuh Kembang
Klien mampu tersenyum
umur 1 bulan, tengkurap umur 6 bulan, duduk dan merangkak 11 bulan dan berjalan
14 bulan.Klien mampu sekolah dan mengikuti pelajaran dengan baik, klien
memiliki banyak teman.
g) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien dan keluarga tinggal
di daerah yang berpenduduk padat dengan tingkat sosial ekonomi menengah
kebawah, pada jarak 10 meter dari rumah klien terdapat tetangga yang terjangkit
penyakit Demam Berdarah.
Penyemprotan nyamuk
sering dilakukan dan terakhir kali sekitar 2 ½ bulan yang lalu. Tempat
penampungan air yang ada dirumah adalah bak mandi yang setiap hari digunakan
dan tempat minuman burung yang biasa diganti tiap dua hari sekali. Keluarga
biasa mengantung baju di belakang pintu.
3) RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ibu mengatakan tidak
ada keluarga yang mempunyai penyakit seperti klien, ibu juga menyatakan tidak
ada tetangganya yang menderita penyakit yang sama dengan yang diderita An.C.
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : Laki-laki meninggal
: Perempuan : Perempuan meninggal
: Klien : Tinggal serumah
4) PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
- Keadaan umum : Tampak
sakit sedang
- Kesadaran : Compos
mentis
- Tekanan darah :
100/70 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Respirasi : 24
x/menit
- Suhu : 37,8
b. Status Generalis
1. Kepala
- Bentuk : Normal, simetris
- Rambut : Hitam, lurus, distribusi merata,
tidak mudah dicabut
- Muka : Bulat, simetris
- Mata : Konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, reflek cahaya (+/+),
- Telinga : Liang telinga lapang, serumen
(-), sekret (-)
- Hidung : Septum tidak deviasi, pernapasan
cuping hidung (-),sekret (-)
- Mulut : Bibir tidak kering, sianosis (-),
lidah tidak kotor, gusi tidak ada perdarahan, faring tidak hiperemis
2. Leher
- Trakhea : Di tengah
- KGB : Tidak membesar
- JVP : Tidak meningkat
3. Thoraks
- Bentuk : Normal, simetris
- Retraksi suprasternal : (-)
- Retraksi interkostal : (-)
4. Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV
garis midlavikula kiri
- Perkusi : Batas atas sela iga II garis
parasternal kiri
- Batas kanan sela iga IV garis parasternal
kanan
- Batas kiri sela iga IV garis midklavikula
- Auskultasi : Bunyi jantung I – II normal,
reguler, murmur (-)
5. Paru
- Inspeksi : Bentuk dan pergerakan hemitoraks
kiri sama dengan kanan
- Palpasi : Fremitus taktil dan vokal
hemitoraks kiri sama dengan kanan
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
6. Abdomen
- Inspeksi : Datar, simetris
- Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
7. Genitalia Eksterna
- Kelamin : Laki-laki, tidak ada kelainan
8. Ekstremitas
- Superior : Akral hangat, uji tourniqet (+),
petekie (+)
- Inferior : Akral hangat
c. Aktifitas Sehari-Hari
No. Jenis Aktifitas Di Rumah
Di RSU
1. Nutrisi
1. Makan
a. Jenis Makanan
b. Frekuensi
c. Porsi
d. Kesulitan
2. Minum
a. Jenis Minuman
b. Frekuensi
c. Kesulitan
- Nasi, lauk pauk, kue
- kering, buah-buahan
- 2-3 x/hari
- 1 porsi habis
- -
- Air putih, susu,
- minuman biasa
- 8 gelas /hari- -
- Bubur nasi, lauk pauk, sayur, buah-buahan
- 3 x/hari
- 1 porsi tidak habis
- Klien mengeluh mual dan tidak nafsu makan
- Air putih, susu
- 4-5 gelas/hari
- Klien mengeluh mual
2. Eliminasi
1. BAB
a. Frekuensi
b. Konsistensi
c. Kesulitan
2. BAK
a. Frekuensi
b. Warna
c. Kesulitan
- 1-2 x/hari
- Padat
- Sering
- Kuning-
-
- Belum BAB
- 5-7 x/hari
- Kuning-
-
3. Istirahat Tidur
1. Siang
a. Waktu
b. Kesulitan
2. Malam
a. Waktu
b. Kesulitan
- 21.00 WIB-05.00 WIB- -
- 11.00 WIB-12.00 WIB
- 22.30 WIB-05.00 WIB suka terbangun 2-3 kali
- Klien mengeluh suah tidur
4. Personal Hygine
1. Mandi
a. Frekuensi
2. Cuci Rambut
a. Frekuensi
3. Gosok Gigi
a Frekuensi
4. Gunting Kuku
a. Frekuensi
- 2x/hari
- 1x/hari
- 2x/hari
- 1x/minggu
- 1x/hari diseka
- Belum cuci rambut
- Belum gosok gigi
- Belum gunting kuku
1. Laboratorium
Darah Rutin
- Hb : 15,3 gr% ( 12 -
16 gr/dl )
- Ht : 47,9 % ( 38 – 47
%)
- LED : 50 mm/jam ( 0 -
20 mm/jam)
- Leukosit : 5700 /µl (
4.500 - 10.700/µl )
- Diff. count :
1. Lymfosit : 31,8 %
2. Monosit : 14,0 %
3. Granulosit : 54,2 %
4. Trombosit : 34.000 /µl (150.000-400.000/µl
)
2. Therapy
a. Infus RL 2.500cc/24 jam
b. Cefotaxim 3x1gr iv
c. Sanmol 3x500 mg
d. Ibuprofen 3x400 mg
e. Ozn
2x1 tablet
f. Magtrai 3x1 tablet ac
ANALISA DATA
DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
Tgl. 6 – 8 - 2001
S: Klien mengatakan
sakit perut bagian atas, juga saat menelan
O: anak
cengeng-berkeringat,gelisah nyeri tekan pada epigastrium,TD=90/60 mmHg,Nadi=
108 x/mnt Proses penyakitnya
Infeksi dengue
Nyeri Nyeri
Tgl. 6 – 8 - 2001
S: Ibu mengeluh badan
anak panas & tidak mau turun
O: Panas tinggi,
ba-dan teraba panas, wajah merah, Suhu=
39,20c
Proses penyakit
Infeksi dengue
Demam Hiperthermia
Tgl. 6 – 8 - 2001
S: Ibu mengatakan
anaknya berkeringat dingin.
O:Panas sejak 3 hari
sebelum MRS kemu-dian mendadak tinggi
disertai mimis-an dan muntah, warna muntah kemerah-an,akral hangat,-Trombosit=
108 x 109/L,Hematokrit= 0,44 % Proses
penyakit
Infeksi dengue
Trombositopeni &
vaskulitis
Permiabilitas pembuluh
darah meningkat Perdarahan Resiko
tejadi syok hipovolemik
Tgl. 6 - 8 - 2001
S: Ibu mengatakan klien
tidak mau makan dan minum bila sedang sakit.
O:Klien rewel & cengeng, nafsu makan menurun, menolak setiap kali disu-ruh/disuap
makan,-mengeluh sakit me-nelan,mukosa mulut kering,Mual-muntah saat peng-kajian
1 x ± 30 cc Nafsu ,akan menurun
Nyeri
menelan,Mual-muntah
Asupan nutrisi
inadekuat Perubahan nutrisi : Kurang
dari kebutuhan
Tgl. 8 – 8 - 2001
S: Ibu mengatakan anaknya terlihat se-sak & napasnya cepat
O: Pernapasan cuping
hidung,retraksi intercostalis servikal-ronkhi -/+ kering ha-lus,RR= 64
x/mnt Infeksi dengue
Vaskulitis + Reaksi
imunologik
Permeabilitas vaskuler
meningkat
Kebocoran plasma
Efusi serosa
Cairan menumpuk
dirongga pleural pa-ru,terjadi penurunan ekspansi paru
sesak Ketidak efektifan pola napas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan
dengan perdarahan hebat/ekstravasasi.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit (viremia).
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan
dengan mekanisme patologis (proses
penya-kit)
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi :
kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual,muntah,anoreksia &
sakit saat menelan.
5. Ketidak efektifan pola pernapasan
berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No & Tgl Dx
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1
6/8/01
1
Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria hasil :
- Tanda-tanda vital
dalambatas normal
- Keadaan umum
baik
-
Monitor keadaan
umum, tanda-tanda
vital & perdarahan
tiap 2 – 3 jam.
- Jelaskan pada keluarga ttg tanda-tanda
perdarahan yg mungkin
dialami klien, serta
anjurkan u/ segera
melapor-kannya.
- Monitor trombosit dan penurunan yg di
sertai
tanda kli-nis setiap
hari.
- Mengantisipasi tanda terjadinya perdarahan.
- Menganjurkan klien u/banyak
istirahat/Bedrest.
-
Memantau kondisi, perubahan TTV, serta perdarahan sedini mungkin shg dpt
sege-ra diatasi & klien tdk jatuh pada keadaan presyok/
syok.
- Keterlibatan klg & klien sgt membantu
penanganan sedini mungkin serta diharapkan klien & klg lebih kooperatif.
- Dengan trombosit yg terpantau setiap hari
dpt diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah & dpt menjadi acuan dalam
melakukan tindakan.
- Mencegah tjdnya
perdarahan lebih
lanjut.
- Aktivitas klien yg tdk terkontrol dapat
me-nyebabkan terjadinya perdarahan.
-
2
6/8/01 2
Hipertermia menu-run/tidak terjadi lagi.
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh normal (360c – 370c).
- Pasien bebas de-mam kurang dari 7 hari -
Anjurkan klg u/ memberikan klien kompres dingin pd ketiak, kepala/dahi
& lipat paha.
- Mengobservasi TTV tiap 3 jam lebih sering.
- Menjelaskan ttg
penyebab peningka-tan suhu tubuh pada klg.
- Anjurkan klien untuk banyak minum
terutama yang
manis-manis ± 1 – 2 liter/24 jam.
- Berikan terapi cairan & pengobatan
sesuai
program -
Kompres dingin
diharapkan membantu
menurunkan suhu
tubuh
- TTV merupakan
acuan u/ mengetahui KU
klien .
- Keterlibatan klg sgt berarti dlm proses ke
sembuhan klien
- Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat shg perlu diimbangi
dg asupan cairan yg banyak
- Pemberian terapi
cairan sgt penting
bagi klien dng
peningkatan suhu
tubuhn yg tinggi
3
6/8/01 3
Nyeri berkurang dlm waktu 4 x 24 jam.
Kriteria hasil :
- Klien tdk lagi me-ngeluh kesakitan.
- Klien rileks & te-nang, tidur 8 – 10
jam. - Berikan terapi
pengobatan sesuai
program.
- Kaji tingkat nyeri yg dialami klien dengan
skala 0 – 10, intensitas, respon klien dan
lamanya serta lokasi
nyeri
- Berikan suasana
gembira, alihkan
perhatian klien
dengan melihat
buku/majalah anak.
- Berikan kesempatan
pd. Klien untuk
berkomunikasi dng org
terdekat - Obat analgesik dpt menghentikan nyeri dng
segera.
- Untuk mengetahui
seberapa berat
keluhan klien &
efek terapi yg di berikan sebe-lumnya.
- Dengan memberikan aktivitas lain klien dpt
melupakan sakit/nyeri yg dialaminya.
- Dpt berhubungan dng org yg terdekat bisa
membuat klien
merasa aman,
gembira & bahagia
shg dpt melupakan
sakit/ nyeri yang
dialaminya.
4
6/8/01 4
Nutrisi terpenuhi dlm 4 X 24 jam
Kriteria hasil :
- Nafsu makan kx. meningkat, diit di
habiskan.
- Kx.tdk lemah. -
Pasang sonde untuk
memberikan nutrisi
parenteral.
- Bujuk klien agar mau
makan & minum.
- Kaji keluhan mual,
muntah, sakit saat
menelan.
- Berikan makanan yang
mudah ditelan
seperti bubur, tim dan
susu.
- Memberikan makan
porsi kecil dan
sering. -
Nutrisi parenteral sgt bermanfaat/dibu- tuhkan klien ter utama jika
intake peroral-nya sgt kurang.
- Akan sgt membantu bila klien mau
ma-kan/minum tanpa
menggunakan sonde.
- U/menetapkan cara mengatasi kebutuhan
nutrisi.
- Membantu mengurangi kelelahan klien &
membantu
meningkatkan asupan
makanan.
- U/menghindari mual & muntah.
5
8/8/01 5
Pola napas efek-tif dalam 2 X 24 jam.
Kriteria hasil :
- Kx.memperlihat- kan frekuensi
perna-pasan yang
efektip dan
mengalami pertukar-an
gas
pada paru.
- Diketahuinya fak-tor penyebab
keti-dakefektifan pola napas. - Berikan O2 2 – 4 liter/mnt.
- Obsevasi terhadap
pernapasan cuping
hidung, retraksi atau
sianosis.
- Tetap bersama klien & latih untuk
bernapas perlahan-lahan berna
pas lebih efektif.
- Lakukan pemeriksaan GDA & lainnya.
- Berikan terapi sesuai program. -
Oksigen yg diberikan sebagai maintenan-ce sebelum penyebab sesak napas
diketa-hui scr pasti.
- U/mengetahui sedini mungkin adanya
sesak napas shg dpt
dilakukan tindakan
secepat mungkin
- Memberikan rasa
aman kepada klg &
klien serta
mengajarkan klien
untuk ber-napas scr
efektif.
- Untuk mengetahui
penyebab sesak napas
shg dapat dilakukan tindakan yang tepat.
- Terapi pengobatan
diperlukan/diindi-kasikan
bila terjadi bronko spasme.
D. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
DIAGNOSA TGL/JAM
IMPLEMENTASI EVALUASI
1 7/8/01
07. 15
07.45
08.55
09.05
09.15 -
Mengobsevasi TTV :
suhu= 38,50c,
TD= 90/70 mmHg,
Nadi = 100 x/mnt,-
RR= 44 x/mnt
- Meraba ekstrimitas
klien sambil mejelaskan
tanda-tanda perdarahan
dan tindak yang harus dilakukan pd ibu klien.
- Mengambil specimen darah u/ pemeriksaan:
DL, trombosit,hema-
tokrit elektrolit.
- Menekan luka bekas tusu -kan ± 5 – 10 mnt.
- Menganjurkan ibu kli-en u/menjaga keber-
sihan mulut klien dng menggunakan sikat
gi-gi lunak
- Menganjurkan klien u/ istirahat/bedrest
ma-kan,minum,BAB/BAK dibantu.
S: Ibu mengatakan
kondisi anaknya masih lemah.
O: Mimisan tdk
lagi,Trombosit = 155.000,Nadi= 102 x/mnt; TD= 100/70 mmHg,RR =44 x/mnt, akral
hangat.
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan ren-cana intervesi 1,3, 4
2 7/8/01
07.30
07.35
07.55
08.00
10.05
- Memberikan kompres dingin pada dahi,axilla
& lipat paha.
- Memberikan paraceta-mol 160 mg (puyer)
- Menganjurkan ibu klien u/ banyak min-um terutama yg manis
manis.
- Memberikan penjelas an pd ibu klien
penye-bab panas yg tdk sege ra turun
- Mengoff infus karena sudah dipasang
sonde.
S: Ibu klien menga
takan tubuh anak nya panas sudah turun.
O: Suhu= 37,20c, mukosa
mulut ke-ring,klien kehaus-an.
A: Masalah belum
teratasi seluruhnya
P: Terukan renca-na
intervensi 1,2,4 5
3 7/8/01
08.20
08.25
09.20
- Memberikan penjelas-an pada ibu ttg penye-bab nyeri
- Memberikan antasida 1 cth
- Mengalihkan perhati-an klien dng melihat
gambar buku cerita dan mengajak bicara.
S: Klien masih merintih
kesakitan & tdk bisa tidur.
O: Klien
gelisah,cengeng,nyeri tekan epigastrium.
A: Masalah belum
teratasi
P Teruskan rencana
intervensi 1,2,3,4.
4 08.10
08.45
08.50
09.10
13.45 -
Membantu memasang sonde lambung
- Memberikan bubur 100 cc
- Membujuk klien agar mau makan & minum
- Menimbang BB= 16 Kg
- Meng-observasi TTV :
Suhu=37,20c,
TD=100/70 mmHg,
Nadi= 102 x/mnt,
perdarahan tidak ada,
akral, hangat, muntah 1 x sedikit
S: Ibu klien mengatakan
bila sakit klien memang sulit makan
O: Diit diberikan tiap
2 jam,
makan peroral belum mau
BB=6 kg,muntah 1x
sedikit
A: Masalah belum
teratasi selu-ruhnya
P: Teruskan rencana
intervensi 1,2,4
1 8/8/01
07.10
08.05
09.35
- Mengobservasi TTV :
Suhu : 390c,
TD= 110/70 mmHg,
Nadi= 124 x/mnt,
RR= 44 x/mnt,
perdarahan tidak ada,
akral hangat.
- Mengambil specimen urine u/ periksaan UL
& kultur
- Menjelaskan prosedur pemeriksaan radiologi
thorak foto
S: -
O: Perdarah tdk ada,akral
hangat, TD= 110/70 mm-Hg,Nadi= 132 x/ mnt,RR=64 x/mnt pernapasan cu-ping
hidung,retraksi intercostalis servical
A: Masalah teratasi
sebagian timbul masalah pola napas.
P: Teruskan renca na
intervensi
2 8/8/01
07.20
07.30
08.00
- Memberikan kompres dingin.
- Mengingat ibu mem-berikan klien minum yg
manis bila tdk mau air putih
- Memberikan puyer pa-racetamol 160 mg.
S: Ibu mengatakan badan
anaknya ma sih panas
O:Suhu= 380c,mukosa
mulut ke-ring, badan panas
A: Masalah belum teratasi
seluruhnya
3 8/8/01
08.15
08.45
08.20
- Mengalihkan perhati-an klien terhadap nyeri
dng mengajak melihat gambar di buku cerita.
- Mengkaji tingkat nyeri klien dng skala 4,
mun cul kadang ± 2 – 3 me nit diperut bagian atas /epigastrium.
- Menganjurkan ibu sela lu berada dekat dng
klien
S: Klien masih merintih
kesakitan & memegang perut bagian atas.
O: Klien masih
cengeng,gelisah,-nyeri tekan epigastrium.
A: Masalah belum
teratasi selu-ruhnya.
P: Teruskan rencana
interrvensi 1,2,3
4 8/8/01
07.40
07.55
08.30
09.18
- Memberikan susu per-sonde 100 cc.
- Menanyakan apakah klien masih mual mun tah
& sakit menelan.
- Menanyakan apakah klien masih tdk mau makan
dan minum ? masih tdk mau.
- Membujuk klien untuk makan dan minum yg
manis serta mendo-rong ibu untuk terus
men-cobanya.
S: Ibu klien mengatakan
klien be lum mau makan tapi diit personde dihabiskan/diberikan.
O: Diit diberikan tiap
2 jam, habis masih menolak bila diberikan makan/minumperoral,mukosa mu-lut
kering,mual ada,muntah tdk ada.
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Tetap teruskan
rencana inter-vensi 1,2,3,4.
5 8/8/01
09.55
10.10
10.20
13.30
- Memberikan O2 2 lt/mnt
- Menganjurkan klien u/ bernapas scr
perlahan-lahanTerus mengobservasi adanya pernapasan cuping
hidung, retraksi dada
& sianosis
- Mengobservasi TTV :
Suhu= 380c,
TD= 110/ 70 mmHg,
Nadi=132 x/mnt,
akral hangat,
perdarahan tdk
ada.
S: Ibu mengatakan
anaknya masih terlihat sesak.
O: RR= 64 x/mnt, Nadi=
132 x/mnt pernapasan cuping hidung, retraksi intercostalis servikal.
A: Masalah belum
teratasi
P: Teruskan rencana
intervensi 1 s/d 5
1 9/9/01
07.15
09.20
08.15
- Mengobservasi TTV :
Suhu : 370c,
TD= 110/70 mmHg,
Nadi= 124 x/mnt,
RR= 56 x/mnt,
perdarahan tidak ada,
akral hangat.
- Mengambil specimen darah u/ periksaan DL,
widal & gaal kultur
- Menjelaskan penyebab terjadinya sesak napas
pada klien.
S: -
O: Perdarahan tdk
ada,muntah tdk ada, akral hangat, keringat dingin, TD= 110/70 mmHg, Nadi= 128
x/ mnt, RR= 48 x/mnt.
A: Masalah teratasi
P: Tetap teruskan
rencana inter-vensi,klien tetap perlu observasi ketat.
2 9/9/01
07.30
08.00
08.40
- Mengingat ibu mem-berikan klien minum yg
manis bila tdk mau air putih
- Menganti pakaian,alas tempat tidur klien yg basah o/ keringat.
- Mengingatkan ibu ag-ar tetap memperhati-kan
peningkatan suhu tubuh anaknya
S: Ibu mengatakan suhu
tubuh anak normal.
O: Suhu= 36,80c, badan
hangat, keringatan, demam hari ke 8.
A: Masalah belum
teratasi semua
P: Tetap teruskan
rencana inter-vensi
3 9/9/01
08.25
09.30
10.20
11.15
- Mengalihkan perhati-an klien terhadap nyeri
dng mengajak melihat gambar di buku cerita.
- Mengkaji tingkat nyeri klien dng skala 4,
mun cul kadang ± 2 – 3 me nit diperut bagian atas /epigastrium.
- Menganjurkan ibu sela lu berada dekat dng
kli en bila pergi hendak-nya dititipkan.
- Memberikan sirop an-tasida 1 cth
S: Klien tdk mengeluh
kesakitan
O: Klien diam,cengeng
kurang, nyeri tekan epigastrium tdk ada
A: Masalah teratasi
P: Rencana intervensi
tdk lanjut-kan tetapi tetap awasi & per-hatikan keluhan klien
4 9/9/01
11.30
11.45
12.10
12.40
- Memberikan susu per-sonde 100 cc.
- Menanyakan apakah klien masih mual mun tah
& sakit menelan.
- Menanyakan apakah klien masih tdk mau makan/minum
? masih tdk mau.
- Membujuk klien u/ makan/minum yg
manis S; Ibu mengatakan anak masih
belum mau makan minum,lewat sonde diberikan.
O: Diit sonde habis,
makan/ minim peroral masih tdk mau/ menolak, -mual-muntah tdk ada.
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Tetap teruskan
rencana inter-vensi
5 9/9/01
08.10
09.35
12.55
13.20
- Memberikan O2 2 lt/m
- Menganjurkan klien
untuk bernapas secara
perlahan-lahan
- Terus mengobservasi
adanya pernapasan
cu-ping hidung, retraksi dada & sianosis
- Mengobservasi TTV : Suhu= 380c,
TD= 110/ 70 mmHg,
Nadi=132 x/mnt,
RR= 54 x/mnt
akral hangat,
perdarahan tdk ada
S: Ibu mengatakan
anaknya masih terlihat sesak.
O:RR= 54 x/mnt,Nadi=
132 x/mnt pernapasan cuping hidung, retraksi intercostalis servikal.
A: Masalah belum
teratasi
P: Teruskan rencana
intervensi 1 s/d 5
2 10/8/01
07.20
07.55
08.00
08.15
- Mengingat ibu mem-berikan klien minum yg
manis bila tdk mau air putih.
- Mengobservasi TTV :
Suhu: 370c,
TD= 100/ 70 mmHg,
Nadi= 120 x/mnt,
RR=48 x/mnt.
Akral hangat,
perdarahan tdk ada
- Menganti pakaian,alas tempat tidur klien yg basah o/ keringat.
- Mengingatkan ibu ag-ar tetap memperhatikan
peningkatan suhu tubuh anaknya
S: Ibu mengatakan suhu
tubuh anak normal.
O: Suhu=36,40c, badan
hangat, keri ngatan, demam hari ke 9.
A: Masalah teratasi
P: Tetap teruskan
rencana inter-vensi 4 & 5 walaupun masalah su-dah teratasi.
4 10/8/01
08.20
08.45
09.50
10.45
- Memberikan susu per-sonde 200 cc.
- Menanyakan apakah klien masih mual mun tah
& sakit menelan.
- Menanyakan apakah
klien masih tdk mau
makan & minum ? mau sedikit.
- Membujuk klien untuk makan/minum yg manis
S; Ibu mengatakan anak
masih belum mau makan minum,lewat sonde diberikan.
O: Diit sonde habis,
makan/minum peroral
masih tdk mau/menolak, mual-muntah tdk ada.
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Tetap teruskan
rencana inter-vensi
5 10/8/01
09.00
09.10
11.30
13.20
- Memberikan O2 2
liter/mnt K/P
- Menganjurkan klien
untuk bernapas secara
perlahan-lahan
- Terus mengobservasi
adanya pernapasan
cu-ping hidung, retraksi dada & sianosis
- Mengobservasi TTV :
Suhu= 36,40c,
TD= 110/ 70 mmHg,
Nadi= 132 x/mnt,
RR= 54 x/mnt ,
perdarahan tdk ada
S: Ibu mengatakan
anaknya masih terlihat sesak.
O: RR= 44 x/mnt, Nadi=
120 x/mnt pernapasan cuping hidung tdk tampak, retraksi intercostalis servikal.
A: Masalah belum
teratasi
P: Teruskan rencana intervensi
1 s/d 5
E. EVALUASI AKHIR
Diagnosa keperawatan
No.1,2 dan 3 teratasi walau masih perlu observasi karena ada komplikasi Bronkho
pneumoni dan efusi pleural.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak cara untuk
menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah nyamuk Aedes
a, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan rantai
penyakit:
1. Tanpa insektisida:
a) Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll
minimal seminggu sekali.
b) Menutup penampungan air rapat- rapat.
c) Membersihkan pekarangan dari kaleng
bekas,botol bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
2. Dengan insektisida:
a) Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa:
biasanya dengan fogging/pengasapan.
b) Abate untuk membunuh jentik nyamuk denan
cara ditabur pada bejana- bejana tempat penampungan air bersih dengan dosis 1
gram Abate SG 1% per 10 liter air.
B. Saran
Penulis berharap semoga
penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan DHF ini dapat memberikan
ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga
dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arif. 2001.
Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Posting Komentar