MAKALAH SISTEM INDERA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
GALUH CIAMIS
2011
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
SWT Rabb seluruh alam, yang telah menciptakan manusia dengan sempurna.
Memberikan nikmat terbesaar iman dan islan yang tertancap mantap dilubuk hati
kita.
Sholawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
sahabatnya, tabi’innya, dan seluluh umatnya yang istiqomah mengikuti tuntunan
dan teladan sampai akhir zaman.
Atas berkat rahmat
Allah SWT, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “SISTEM INDRA“
Penyusun menyadari
bahwa Makalah ini tidak terlepas dari
bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menguncapan terima kasih kepada:
1) Ibu Tita Juita, Dra, M.Pd, M.Kes selaku
dosen mata kuliah Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2) Kedua orang tua kami, serta semua pihak
yang telah memberikaan semangat, ide dan bantuannya sehingga penyusun dapat
menylesaikan Makalah ini.
Penyusun menyadari
bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah
tak ada gading yang tak retak, penulis akan sangat berlapang dada dan besar
hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, bermanfaat bagi
kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Ciamis ,
Desember 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................
i
DAFTAR
ISI......................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang.........................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................
1
1.3 Tujuan
Pembahasan.....................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................
2
A. Indera Penglihat (Mata)..........................................................................
2
B. Indera Pendengar
(Telinga)...........................................................................
6
C. Indera Peraba (Kulit)..................................................................................
10
D. Indera Pengecap
(Lidah)..................................................................................
11
E. Indera Pembau (Hidung).................................................................................
11
BAB III
KESIMPULAN...................................................................................................
13
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................................
14
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat indera adalah
organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Semua organism
memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Informasi tersebut dapat
berasal dari dalam dirinya atau datang dari luar. Reseptor diberi nama
berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima
rangsang zat kimia), fotoreseptor (penerima rangsang cahaya), aodioreseptor
(penerima rangsang suara), dan mekanoreseptor (penerima rangsang fisik, seperti
tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang
berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai
eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi untuk mengenali
lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor. Interoreseptor terdapat
diseluruh tubuh manusia.
Eksoreseptor yang kita
kenal ada lima macam, yaitu indera penglihat(mata), pendengar (telinga), peraba
(kulit), pengecap (lidah), dan pembau (hidung). Untuk lebih memahami kelima
eksoreseptor tersebut, maka kami akan membahasnya dalam Sistem Indera.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja bagian- bagian yang terdapat
dalam kelima alat indera tersebut?
2. Bagaimana cara kerja dari kelima alat
indera tersebut?
1.3 Tujuan Pembahasn
Dari rumusan masalah diatas,
maka tujuan pembuatan makalah adalah untuk :
1. Mengetahui bagian- bagian yang terdapat
dalam kelima alat indera tersebut.
2. Mengetahui cara kerja dari kelima alat
indera tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Indera Penglihat (Mata)
Mata memiliki sejumlah
reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Selain itu terdapat
otot- otot yang berfungsi sebagai penggerak bola mata, kotak mata, kelopak mata
dan bulu mata.
Gambar. Struktur mata
manusia
1. Lapisan Bola Mata
Bola mata memiliki
garis tengah kira- kira 2,5 cm, bagian depannya bening. Bola mata terdiri dari
tiga lapisan, yaitu sklera, koroid dan retina.
a) Sklera
Sklera merupakan
lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat fibrosa dan berwarna putih. Fungsi
lapisan ini sebagai pelindung. Disebelah luar sclera terdapat lapisan sel- sel
ephitelium yang membentuk membrane mukosa yang disebut konjungtiva. Lapisan
konjungtiva menjaga kelembapan mata. Lapisan sclera dibagian depan bersifat
transparan, disebut kornea. Kornea berfungsi menerima cahaya yang masuk ke
bagian dalam mata dan membelokkan berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat
difokuskan. Lapisan konjungtiva tidak menutupi sclera.
b) Koroid
Koroid adalah lapisan
yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluh darah dan
sejumlah sel pigmem. Letaknya disebelah dalam sclera. Dibagian depan mata,
lapisan koroid memisahkan diri dari sclera membentuk iris yang tengahnya
berlubang. Lubang itu disebut orang- orangan mata atau pupil. Sinar masuk
melalui pupil. Dibelakang iris terdapat selaput berpigmen yang memancarkan
warna biru, hijau, coklat, atau hitam. Melebar atau menyempitnya pupil
diakibatkan oleh kontraksi dan relaksasinya otot yang mengelilingi iris (otot
sirkuler). Jadi iris berfungsi sebagai diafragma.
Tepat dibelakang iris
terdapat badan siliaris yang tersusun atas serabut otot sirkuler dan serabut-
serabut otot yang letaknya seperti jari- jari sebuah lingkaran. Selain itu
dibelakang iris terdapat sebuah lensa cembung (bikonveks) yang diikat oleh
otot- otot lensa. Badan siliaris ini berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi
dan relaksasi otot sirkuler pada badan siliaris menentukan tebal- tipisnya
lensa (akomodasi). Akomodasi mata berarti memfokuskan bayangan, sedangkan
kemampuan pemfokusan objek pada jarak yang berbeda disebut daya akomodasi.
Akomodasi bertujuan agar bayangan yang terjadi jatuh tepat pada bintik kuning.
Apabila melihat objek yang letaknya jauh, lensa mata menjadi lebih pipih,
tetapi jika melihat objek yang letaknya dekat, lensa mata menjadi lebih
cembung. Pengaturan kecembungan lensa ini diatur oleh otot- otot lensa yang
melingkar (otot siliaris). Saat melihat objek yang jauh otot lensa berelaksasi,
sedangkan bila melihat objek yang dekat otot lensa berkontraksi.
Lensa mata berbentuk
bikonveks. Lensa mata membagi mata menjadi dua rongga, yaitu ruangan antara
kornea denga lensa (rongga muka), dan ruangan dibelakang lensa (rongga
belakang). Kedua rongga tersebut diisi cairan kental dan transparan seperti
jeli. Rongga depan berisi aqueous humour (humor berair), sedangkan rongga
belakang berisi vitreous humour (humor bening). Kedua macam cairan tersebut
berfungsi membantu memfokuskan cahaya kedalam retina.
c) Retina
Retina merupakan
lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitive terhadap cahaya.
Pada retina terdapat reseptor (fotoreseptor). Fotoreseptor berhubungan dengan
bagian badan sel- sel saraf yang serabutnya membentyuk urat saraf optic yang
memanjang sampai ke otak. Bagian lapisan retina yang dilewati berkas urat saraf
yang menuju ke otak tidak memiliki reseptor dan tidak peka terhadap sinar.
Apabila sinar mencapai bagian ini kita tidak dapat mengenali cahaya. Oleh
karena itu, daerah ini disebut bintik buta.
Gambar. Benda dan
bayangan pada retina
Gambar. Struktur retina
mata
2. Reseptor Mata
Pada retina terdapat
dua macam sel reseptor (fotoreseptor), yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel
batang (sel basilus). Jika diurutkan dari arah depan ke belakang, cahaya akan
menembus melewati kornea, aqueous humour, lensa, vitreous humour, dan lapisan
retina yang mengandung sel kerucut dan sel batang. Pada retina terdapat satu
daerah yang disebut fovea atau bintik kuning yang hanya berisi sel- sel
kerucut. Penyebaran sel kerucut dan sel batang pada retina tidak merata. Dibagian
tepi (perifer) yang paling jauh dari bintik kuning hanya berisi sel batang.
Gambar. Penampang sel
batang
Sel batang berjumlah
sekitar 125 juta buah dalam setiap mata. Sel batang sangat peka terhadap
intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu membedakan warna. Oleh karena itu
kita dapat melihat dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan
putih saja. Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam.
Sel kerucut jumlahnya
sekitar 5 juta pada setiap mata. Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas
cahaya tinggi. Sehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan untuk
membedakan warna.
Gambar. Sel- sel yang
berperan dalam menghantarkan impuls cahaya
3. Kelainan pada Mata
Jarak titik dekat
adalah jarak terpendek antara benda atau objek dengan mata sehingga mata masih
dapat mengenali benda itu dengan jelas. Lebih pendek lagi jaraknya, mata sudah
tidak dapat mengenali benda dengan jelas. Usia seseorang dapat menyebabkan
perubahan jarak titik dekat. Pada usia anak- anak, jarak titik dekat pendek,
tetapi dengan bertambahnya usia, jarak titik dekat semakin panjang. Sebagai
perbandingan pada usia 11 tahun jarak titik dekat sekitar 9 cm, namun pada
seseorang yang berusia 40- 50 tahun jarak titik dekat menjadi 50 cm. itulah
sebabnya orang yang berusia lanjut menjauhkan buku bacaannya apabila dia
membaca buku. Untuk menolongnya digunakan kacamata lensa cembung (+).
Berbagai macam kelainan
penglihatan terjadi apabila unsur- unsur sistem optic tidak menunjang. Macam-
macam kelainan mata diantaranya sebagai berikut:
Jenis kelainan
Penyebab
Ditolong dengan
Hipermetropia (rabun
dekat)
Lensa mata tidak dapat
mencembung atao bola mata terlalu pendek sehingga bayangan benda jatuh
dibelakang retina.
Lensa cembung
(konvergen/ positif)
Miopia (rabun jauh)
Lensa mata terlalu
cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga bayangan benda jatuh didepan
retina.
Lensa cekung (divergen/
negatif)
Presbiopia
Elastisitas mata
berkurang karena usia tua.
Lensa rangkap (dua
macam lensa)
Astigmatisme
Permukaan lensa mata
tidak sama sehingga fokusnya tidak sama, dan bayangan benda yang terbentuk
tidak sama.
Lensa silindris
(silinder)
Katarak
Lensa mata buram, tidak
elastis akibat pengapuran sehingga daya akomodasi berkurang.
Operasi
Glaukoma
Adanya penambahan
tekanan dalam mata, karena cairan dalam bilik anterior mata (aqueous humour)
belum sempat disalurkan keluar sehingga tegangan yang ditimbulkan dapat
menyebabkan tekanan pada saraf optik; lama- kelamaan akan menyebabkan hilangnya
daya penglihatan.
Obat- obatan, operasi
dengan menggunakan laser.
B. Indera Pendengar (Telinga)
Telinga merupakan alat
pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu
telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.
Gambar. Struktur
telinga manusia
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri
atas daun telinga damn lubang telinga luar. Daun telinga terdiri atas tulang
rawan dan jaringan fibrosa, kecuali pada ujung telinga bawah, yaitu cuping
telinga, terdiri atas lemak. Daun telinga berfungsi untuk menerima dan
mengumpulkan suara yang masuk. Saluran luar yang dekat denga lubang telinga
dilengkapi dengan rambut- rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak
masuk, dan terdapat kelenjar lilin yang berperan menjaga agar permukaan saluran
luar dan gendang telinga tidak kering.
2. Telinga tengah
Telinga tengah
merupakan rongga yang berhubungan dengan faring melalui saluran eustachius.
Fungsi saluran ini menjaga keseimbangan tekanan udara antara udara luar dengan
udara didalam telinga tengah. Pada telinga tengah terdapat membrane timpani dan
tulang- tulang telinga tengah. Membrane timpani (disebut juga dengan istilah
gendang telinga) merupakan selaput yang menerima \gelombang bunyi dan
memisahkan antara telinga luar dan telinga dalam.
Tulang- tulang telinga
tengah terdiri atas tiga macam, yaitu tulang matil(malleus) yang menempel pada
gendang telinga, tulang landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes). Tulang
martil(bentuknya seperti matil) melekat pada gendang telinga dan tulang
sanggurdi (bentuknya enyerupai sanggurdi, tempat pijakan kaki dalam menunggang
kuda) berhubungan dengan jendela oval pada telinga dalam. Rangkaian ketiga
tulang ini berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari gendang telinga
menuju ke rongga telinga dalam.
3. Rongga telinga dalam
Rongga telinga dalam
terdiri dari rongga yang menyerupai saluran saluran. Rongga rongga ini disebut
labirin tulang dan dilapisi dengan membrane sehingga disebut juga labirin
membrane. Labirin tulang terdiri dari tiga bagian, yaitu vestibula,
koklea(rumah siput),dan tiga saluran satengah lingkaran.labirin membrane
terdiri dari utrikulus dan sakulus didalam vastibula,saluran koklea didalam
koklea,dan membrane saluran setengah lingkaran.vestibula (mengandung utrikulus dan
sakulus) dan saluran setengah lingkaran merupakan orga keseimbangan, sedangkan
koklea merupakan organ pendengar.
Rumah siput atau koklea
merupakan suatu tabung yang panjangnya sekitar 3 cm dan bergelung seperti
cangkang keong srta berisi cairan limpa. Koklea tersebut berbentu saluran
melingkar yang terdiri atas tiga ruangan, yaitu skala vestibuli, skala media,
dan skala timpani. Skal vestibule dan skala timpani mengandung cairan yang
disebut perilimfe. Skala media juga mengandung cairan yang disebut endolimfe.
Skala festibuli berhubungan dengan skala timpani melalui lubang kecil yang
disebut helikontrema. Skala festibuli berakhir pada jendela oval (foramen
ovale), sedangkan skala timpani berakhir pada jendela bundar. Antara skala
festibuli denga skala media terdapat membran reissner, sedangkan anrata skala
media denga skala timpani terdapat membrane basiler. Didalam skala media
terdapat suatu tonjolan yang disebut membrane tektorial yang sejajar dengan
membrane basiler.
Didalam skala media
bagian dalam atau tengah terdapat organ korti. Organ korti berisi ribuan sel
rambut sensori yang merupakan reseptor getaran (reseptor fibrasi). Sel- sel
rambut tersebut terletak di atara membrane basiler dan membrane tektorial dasar
dari sel reseptor pendengar tersebut berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar.
Gambar. Telinga tengah
dan dalam
4. Proses mendengar
Mekanisme mendengar
dimulai dengan adanya gelombang bunyi yang masuk melalui liang telinga, yang
akan menggetarkan membrane timpani. Getaran ini akan diteruskan ke dalam
telinga tengah melalui tulang- tulang pendengaran. Selanjutnya getaran di
teruskan ke telinga dalam melalui selaput jendela oval dan mengetarkan cairan
perilimfe yang terdapat di dalam skala vestibuli.
Getaran cairan tersebut
akan menggetarkan membrane reissner dan menghgetarkan cairan endolimfe di dalam
skala media. Getaran cairan ini menggerakan membrane basiler yang selanjutnya
menggetarkan cairan dalam skala timpani. Pada saat membrane basiler bergetar akan menggerakan sel- sel rambut, dan ketika
se- sel rambut tersebut menyentuh membrane tektorial terjadilah rangsangan
(impuls) yang akan dikirim ke pusat pendengar didalam otak melalui saraf
sensori (saraf pendengar).
Gambar. Proses
mendengar
5. Alat keseimbangan
Alat ini berupa saluran
setengah lingkaran dan setiap saluran menggembung pada salah satu ujungnya yang
disebut ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor yang berupa kelompok sel
saraf sensori yang memiliki rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah,
disebut kupula. Selain tiga saluran setengah lingkaran terdapat alat
keseimbangan yuang terletak di dalam utrikulus dan sakulus yang berupa
sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada
otolit, yaitu bola- bola kalsium karbonat yang ukurannya sangat kecil.
Perubahan posisi kepala menyebabkan otolit bergeser possisinya, akibatnya
timbul impuls yang akan dikirim ke otak, sehingga kita merasakan sedang miring
atau tegak. Gerakan melingkar pada kepala mengakibatkan terjadinya cairan limfe
dan menggerakan otolit meskipun kita sudah berhenti berputar. Akibatnya kita
merasa pusing.
Gambar. Alat- alat
keseimbangan pada telinga
6. Kelainan pada telinga
Kelainan pada telinga
dapat di kelompokan menjadi dua kelompok, yaitu:
ü Gangguan perambatan suara
Suara dari luar dapat
terhambat oleh kotoran telinga, tumor dan zat-zat lain yang menyumbat liang
telinga. Selain itu, kerusakan tulang-tulang pendengaran juga mengganggu
perambatan suara. Kerusakan tulang pendengar di awali oleh gejala telinga
mendengung. Infeksi telinga juga menganggu perambatan suara. Infeksi ini
disebut otitis. Telinga tengah, yang berhubungan dengan faring, dapat
terinfeksi oleh bakteri atau virus. Lukanya menghasilkan nanah dan bau tak
sedap.
ü Gangguan saraf pendengaran
Gangguan saraf
pendengaran biasanya terjadi pada usia lanjut. Ini disebut presbikusis. Saraf
penderita mengalami kemunduran (degenerasi). Kerusakan saraf pendengaran juga
dapat di akibatkan oleh kebisingan (polusi suara) yang di sebabkan oleh suara
berfrekuensi tinggi.
7. Teknologi membantu pendengaran
Teknologi yang umum
dijumpai adalah penggunakan alat bantu dengar. Hal ini di lakukan apabila
proses perambatan impuls suara tidak dapat mencapai telinga tengah, misalnya
karena tulang-tulang pendengar rusak. Pada daun telinga di pasang alat penerima
suara, yang kemudian mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sinyal tersebut
dirambatkan melalui elektroda ke telinga dalam. Dengan demikian penderita dapat
menangkap suara.
C. Indera Peraba (Kulit)
Kulit merupakan indra
peraba, sebab memiliki ujung-ujung saraf sensori sebagai reseptor khusus untuk
sentuhan, tekanan, temperature (panas dan dingin), serta rasa sakit. Sebagian
reseptor terletak pada lapisan dermis, dan ada juga yang terletak pada lapisan
epidermis. Ujung-ujung saraf tersebut ada yang terbungkus kapsul (di sebut
korpuskula) dan ada yang tidak terbungkus (di sebut ujung-ujung saraf bebas).
Ujung saraf yang tergolong korpuskula adalah korpuskula Meissner (reseptor untuk
sentuhan terletak dekat permukaan kulit), korpuskula Pacini (raseptor
tekanan),dan korpuskula Ruffini (ujung saraf peraba).Ujung saraf bebas antara
lain reseptor untuk rasa sakit dan sentuhan yang keduanya terletak di lapisan
epidermis kulit, serta reseptor untuk sentuhan yang terletak di pangkal setiap
rambut. Selain itu ada pula lempeng Merkel yang merupakan ujung saraf perasa
sentuhan dan tekanan ringan.
Gambar. Kulit dan
reseptor pada manusia
D. Indera Pengecap (Lidah)
Lidah merupakan organ
yang tersusun atas otot. Prmukaan lidah banyak tonjolan kecil yang disebut
papilla lidah, memberi kesan lidah terkesan kasar. Pada papilla lidah terdapat
indra pengecap. Pemukaan lidah di lapisi lapisan epitelium yang banyak
mengandung kelenjar lendir. Selain itu terdapat reseptor pengecap berupa kuncup
pengecap. Kumcup pengecap tersebut terdiri atas sekelompok sel sensori yang
memiliki tonjoplan seperti rambut. Kuncup pengcap dapat membedakan empat macam
rasa, yaitu manis, pahit,asam, dan asin. Letak kuncup pengecap tertentu lebih
banyak berkumpul pada daerah tertentu pada lidah.
Gambar. (a) letak
kuncup pengecap tertentu pada lidah, (b) struktur kuncup pengecap
E. Indera Pembau (Hidung)
Manusia mampu
mendeteksi bau dengan menggunakan reseptor yang ada di dalam hidung. Sel-sel
sensori penerima rangsang gas kimia (kemoreseptor) terdapat pada lapisan
epitelium yang terletak di sebelah dorsal rongga hidung, dan terlindung oleh
lender (mukus). Di akhir setiap sensori terdapat beberapa silia atau rambut
pembau. Molekul-molekul yang larut dalam air dan lemak yang ada di udara akan
larut dalam lapisan lendir tersebut dan menimbulkan sensasi bau. Aktifnya indra
pembau di rangsang oleh gas yang terhirup oleh hidung. Indra pembau tersebut
sangat peka dan kepekaannya mudah hilang jika di hadapkan pada bau yang sama
dalam jangka waktu yang lama. Contohnya jika kita berada dalam ruangan yang
sesak dan pengap, maka kita tidak akan segera merasakan bau yang tidak enak
tersebut.
Indra pembau dapat juga
menjadi lemah jika selaput lender hidung sangat kering, sangat basah, atau
membengkak.
Antara indra pengecap
dan pembau terdapat hubungan yang erat. Makanan atau bahan yang lain dapat di
rasakan kenikmatannya karena adanya kerjasama antara indra pengecap dan pembau.
Apabila salah satu alat itu terganggu, maka kenikmatannya berkurang. Sebagai
contoh orang yang terkena flu (pilek) kurang dapat merasakan kenikmatan karena
ujung-ujung saraf pembau terganggu.
Gambar. Struktur indera
pembau
BAB
III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat
kami simpulkan sebagai berikut:
1. Indera Penglihat (Mata); memiliki
sejumlah reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Selain itu
terdapat otot- otot yang berfungsi sebagai penggerak bola mata, kotak mata,
kelopak mata dan bulu mata. Bola mata memiliki garis tengah kira- kira 2,5 cm,
bagian depannya bening. Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu sklera,
koroid dan retina.
2. Indera Pendengar (Telinga) merupakan
alat pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu
telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.
3. Indera Peraba (Kulit) merupakan indra
peraba, sebab memiliki ujung-ujung saraf sensori sebagai reseptor khusus untuk
sentuhan, tekanan, temperature (panas dan dingin), serta rasa sakit.
4. Indera Pengecap (Lidah) merupakan organ
yang tersusun atas otot. Prmukaan lidah banyak tonjolan kecil yang disebut
papilla lidah, memberi kesan lidah terkesan kasar. Pada papilla lidah terdapat
indra pengecap.
5. Indera Pembau (Hidung); aktifnya indra
pembau di rangsang oleh gas yang terhirup oleh hidung. Indra pembau tersebut
sangat peka dan kepekaannya mudah hilang jika di hadapkan pada bau yang sama
dalam jangka waktu yang lama.
SISTEM INDRA
Diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah
Anatomi Fisiologi Tubuh
Manusia
Posting Komentar