Oleh Sri Siswaty Tahir
Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Universitas Hasanuddin
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konflik merupakan
kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan
posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak
menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain
kurang berhasil.
Tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi.
Perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan
integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat.
Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari konflik itu?
2. Apa saja teori-teori yang mendasi konflik?
3. Apa saja jenis-jenis konflik?
4. Apakah faktor yang melatar belakangi
terjadinya konflik?
5. Apa sajakah dampak yang dapat ditimbulkan
oleh konflik?
6. Bagaimanakah strategi penyelesaian konflik?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari konflik itu?
2. Mengetahui Apa saja teori-teori yang
mendasi konflik?
3. Mengetahui Apa saja jenis-jenis konflik?
4. Mengetahui Apakah faktor yang melatar
belakangi terjadinya konflik?
5. Mengetahui Apa sajakah dampak yang dapat
ditimbulkan oleh konflik?
6. Mengetahui Bagaimanakah strategi
penyelesaian konflik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONFLIK
Konflik berasal dari
kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatar
belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik bertentangan
dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Beberapa pengertian
konflik menurut para ahli yakni sebagai berikut:
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis
(1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam
berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan
selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula
melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi
memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu
sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik
dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka
tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik
tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di
dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi
kenyataan.
4. Menurut minnery (1985), konflik organisasi
merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan
dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
Perbedaan pendapat
tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada
keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan
sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan beberapa pihak
menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya.
Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik,
terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentengan
dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang
terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang
yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik.
Konflik sendiri tidak
selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik
yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat
positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
B. TEORI-TEORI KONFLIK
Teori-teori utama
mengenai sebab-sebab konflik, dan sasarannya antara lain :
a. Teori
Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa
konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan
permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
b. Teori Kebutuhan Manusia
Menganggap bahwa
konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan
sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti
pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi.
c. Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa
konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan
pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
d. Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya
sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
e. Teori Kesalahpahaman Antar Budaya
Berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai
budaya yang berbeda.
f. Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul
sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
C. JENIS-JENIS KONFLIK
Konflik yang terjadi
dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, salah satunya
dari segi pihak yang terlibat dalam konflik. Dari segi ini konflik dapat
dibedakan sebagai berikut, yaitu :
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal
adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada
waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus.
Ada tiga macam bentuk
konflik intrapersonal yaitu :
· Konflik pendekatan-pendekatan,
contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
· Konflik
pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama menyulitkan.
· Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal
adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini
merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena
konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi
yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
3. Konflik individu dengan individu
Konflik semacam ini
dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai
tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara individu
karyawan dengan individu karyawan lainnya.
4. Konflik individu dengan kelompok
Konflik semacam ini
dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu
karyawan dengan kelompok pimpinan.
5. Konflik kelompok dengan kelompok
Ini bisa terjadi antara
kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok
pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok karyawan
dengan kelompok karyawan yang lain.
D. FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
Beberapa faktor
penyebab terjadinya konflik yakni sebagai berikut :
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan
pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah
individu yang unik, artinya setiap orang memiliki perasaan, logika yang berbeda
antara satu dan yang lain. Perbedaan inilah yang sering menyebabkan konflik
sosial, sebab dalam menjalani hidup sosial seorang tidak selalu sejalan dengan
orang yang lainnya. Misalnya ada acara pesta hiburan ada yang merasa senang dengan
pesta itu tetapi adapula yang terganggu dengan acara itu karena berisik.
b. Perbedaan latar
belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit
banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya,pemikiran
dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan
individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau
kelompok.
Manusia memiliki
pendirian, logika dan perasaan yang berbeda maupun latarbelakang budaya yang
berbeda. Oleh sebab itu,dalam waktu yang bersamaan,masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama,tetapi untuk tujuan yang berbeda.
d. Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah suatu
yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau
bahkan mendadak,perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Misalnya,pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industi.Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
E. DAMPAK KONFLIK
Sejatinya dampak
konflik yang terjadi diantara seseorang dengan orang lain ataupun dengan suatu
kelompok dengan kelompok lain memberikan dua dampak yakni bisa dampak positif
ataupun bisa dampak negatif .
Dampak positif dari
konflik yaitu:
1. Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri :
Dengan adanya konflik yang terjadi, mungkin akan membuat kesempatan bagi salah
satu ataupun kedua belah pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir ulang
tentang kenapa bisa terjadi perselisihan ataupun konflik diantara mereka.
2. Meningkatkan Prestasi : Dengan adanya
konflik, bisa saja membuat orang yang termajinalkan oleh konflik menjadi merasa
mempunyai kekuatan extra sendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu dan sukses
dan tidak pantas untuk “dihina”.
3. Mengembangkan alternative yang baik : Bisa
saja dengan adanya konflik yang terjadi diantara orang per orang, membuat
seseorang berpikir dia harus mulai mencari alternatif yang lebih baik dengan
misalnya bekerja sama dengan orang lain mungkin.
Dampak negatif dari
konflik yakni :
1. Menghambat kerjasama : Sejatinya konflik
langsung atau tidak langsung akan berdampak buruk terhadap kerjasama yang
sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun kerjasama yang akan direncanakan
diadakan antara kedua belah pihak.
2. Apriori : Selalu berapriori terhadap “lawan”.
Terkadang kita tidak meneliti benar tidaknya permasalahan, jika melihat sumber
dari persoalan adalah dari lawan konflik kita.
3. Saling menjatuhkan : Ini salah satu akibat
paling nyata dari konflik yang terjadi diantara esame orang di dalam suatu organisasi,
akan selalu muncul tindakaan ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu sama
lain dan membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.
F. STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan penyelesaian
konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/ tidak
kerjasama dan tegas/ tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi
tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik
yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain.
Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik
yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya
penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri.
Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan
penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu
pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran
moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha
penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah
pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan
integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut
ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan
kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konflik dilatar
belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik bertentangan
dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik sendiri tidak
selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik
yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat
positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
B. SARAN
Janganlah sering
membuat masalah-masalah yang akan menimbulkan konflik. Dan jika kamu ingin
menyelesaikan sebuah konflik maka selesaikanlah dengan cara yang positif
seperti, cara kompetisi, akomodasi, sharing, kolaborasi dan penghindaran.
Karena itu semua merupakan cara selain dapat menyelesaikan konflik juga
berdampak positif bagi kita semua,
DAFTAR PUSTAKA
+ comments + 6 comments
daftar pustakanya mana?
Terima kasih banyak atas infonya Gan.
kak daftar pustakanya mana?
oke gan,...
Daftar pustakanya mana ini kak?
Kak daftar pustakanya mana?
Posting Komentar