TUGAS TERSTRUKTUR
DASAR-DASAR AGRONOMI
METODE TANAM SRI
Oleh
NURHIDAYATULLOH
A1C010097
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
PENDAHULUAN
Sri adalah metode
penanaman padi yang bisa dikatakan tidak
umum. Dikatakan demikian karena selama ini sawah lazimnya tergenang oleh air.
Namun penanaman padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI) justru
mengharuskan sawah hanya sekedar lembab basah. Artinya air yang dibutuhkan cuma
separuh dari biasanya. Selain itu usia benih yang sangat muda dipakai sekitar 5
- 7 hari, jarak tanamnya longgar, dan satu lubang tanam hanya dipakai untuk
satu bibit serta ditanam dangkal. Namun justru metode yang tidak lazim ini,
menuai hasil yang maksimal.
Sejarah metode SRI
pertama kali dikenalkan oleh FR. Henri de Laulani, S,J. seorang pastur yang
tinggal di Madagaskar. Pada tahun 1981 ia mendirikan sekolah pertanian di
Antrirabe, Madagaskar dan menemukan metode SRI pada tahun 1983. Pertama kali
diujicoba hasilnya sungguh mengejutkan. Kemudian Henri de Laulani metode ini
diberi nama dengan System Of Rice Intensification disingkat SRI. Metode SRI di
Indonesia mulai dikembangkan tahun 1999, dengan melakukan pengujian dan
evaluasi SRI di Balai Penelitian Padi Sukamandi, Jawa Barat.
Sejalan dengan
berkembangnya penerapan SRI di Indonesia untuk menyamakan persepsi dan
mensinergikan gerak langkah metode pengembangan SRI serta untuk membuktikan
secara ilmiah bahwa SRI dapat meningkatkan produktivitas padi,maka Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen PLA
mengadakan Workshop Pengembangan SRI pada tanggal 20 – 21 Oktober 2008 di
Auditorium Depar-temen Pertanian. Workshop dibuka oleh Menteri Pertanian dan
dihadiri kurang lebih 500 orang, yang terdiri dari peserta Departemen
Pertanian, Departemen Pekerjaan Umum, Perguruan Tinggi, LSM, swasta, Kepala
Dinas Propinsi seluruh Indonesia, PPL, petugas kabupaten, dan petani dari
kabupaten yang mendapat alokasi kegiatan pengembangan SRI. Selain workshop
diselenggarakan juga pameran penunjang SRI yang diikuti oleh 13 stand, pameran
ini bertujuan untuk menyebar luaskan informasi mengenai teknologi usahatani
padi sawah organik metode SRI.
Rumusan workshop SRI
yang dihasilkan antara lain
menunjukan bahwa metode SRI layak
dikembangkan di Indonesia karena dari aspek pengelolaan usahatani keunggulan
pengembangan SRI adalah usahatani yang ramah lingkungan, hemat air dan bibit
serta produksi tinggi. Oleh karena itu penerapan metode SRI menjadi sangat
penting dan berguna untuk dipelajari dan serta kemudian diterapkan oleh para
petani.
PEMBAHASAN
Pola tanam padi model
SRI adalah cara bertanam padi kembali kealam. Artinya, petani tidak lagi
menggunakan pupuk kimia tetapi memanfaatkan jerami, limbah geraji, sekam, pohon
pisang, pupuk kandang yang diolah untuk pupuk tanahnya. Teknik budidaya ini
mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman,
tanah, air dan unsur hara, sistem ini terbukti telah berhasil meningkatkan
produktifitas padi sebesar 50% , dan bahkan di beberapa tempat mencapai lebih
dari 100%.
A.Prinsip budidaya SRI
Secara umum prinsip penerapan SRI
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Tanaman bibit muda
berusia kurang dari 12 hari setelah semai ketika bibit masihberdaun 2 helai
2. Bibit ditanam satu
pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang
3. Pindah tanam harus
sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akartidak
putus serta ditanam dangkal
4. Pemberian air
maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai
pecah(Irigasi berselang/terputus)
5. Penyiangan sejak
awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari
6. Sedapat mungkin
menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau)
B.Teknik budidaya SRI
Teknik yang dilakukan
pada penerapan sistem SRI meliputi:
Persiapan benih
Benih sebelum disemai
diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih
adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih
yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan
tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam dalam air biasa selama 24 jam
kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah
dan pupuk organik (1:1) di dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm (pipiti).
Selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari benih padi sudah siap ditanam.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah Untuk
Tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam
padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang
lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu
sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur
lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan
mengendalikan air.
Perlakuan pemupukan
Pemberian pupuk pada
SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara yang
berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah
menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan
sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk
organik bisa berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik
dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan
tanah.
Pemeliharaan
Sistem tanam metode SRI
tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah
yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah pemeliharan. Pada
prakteknya pengelolaan air pada sistem padi organik dapat dilakukan sebagai
berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi dengan ketinggian air
ratarata 1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah
dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih
membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman
digenang. Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang
susu tanaman tidak digenangi kembali sampai panen. Untuk mencegah hama dan
penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi dilakukan pencengahan dan
apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida nabati dan atau
digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik.
C. Manfaat dan
Keunggulan metode SRI
Secara umum manfaat
dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut:
1. Hemat air, Kebutuhan
air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara konvensional
2. Memulihkan kesehatan
dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah
3. Membentuk petani
mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri. Tidak
tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan
terkadang langka
4.Membuka lapangan
kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga
petani
5.Menghasilkan produksi
beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia
6. Mewariskan tanah
yang sehat untuk generasi mendatang
Selain memiliki manfaat
yang lebih baik, sistem sri juga memiliki keunggulan dalam hal sebagai berikut:
1. Tanaman hemat air,
Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air max 2 cm,
paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah
retak ( Irigasi terputus)
2. Hemat biaya, hanya
butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan
biaya pindah bibit, dan tenaga tanam kurang.
3. Hemat waktu, ditanam
bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal
4. Produksi meningkat,
di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha
5. Ramah lingkungan,
tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik
(kompos, kandang dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
D.Perbedaan metode SRI
dengan Konvensional
Sistem tanam padi SRI
pada prakteknya memiliki banyak perbedaan dengan sistem tanam konvensional.
Perbedaan ini dapat dilihat melalui tabel berikut:
No
Komponen
Sistem SRI
Sistem konvensional
Kebutuhan benih
Pengujian benih
Umur dipesemaian
Pengolahan tanah
Jumlah tanam
Posisi akar waktu tanam
Pengairan
Pemupukan
Penyiangan
Rendemen
5-7 Kg/Ha
Dilakukan
7-10 HSS
3 x(struktur lumpur dan
rata)
1pohon/lubang
Horisontal (L)
Sesuai kebutuhan
Pupuk organik
Diarahkan pada
pengolahan perakaran
60-70%
30-40 Kg/Ha
Tidak dilakukan
30-40 HSS
2-3x(struktur lumpur)
Rata-rata 5pohon/lubang
Tidak teratur
Terus digenangi air
Pupuk kimia
Diarahkan pada
pemberantasan gulma
50-60%
Keterangan: HSS = hari
setelah semai
Kebutuhan pupuk organik
dan pestisida untuk padi organik metode SRI dapat diperoleh dengan cara mencari
dan membuatnya sendiri. Pembuatan kompos sebagai pupuk dilakukan dengan
memanfaatkan kotoran hewan, sisa tumbuhan dan sampah rumah tangga dengan menggunakan
aktifator MOL (Mikro-organisme Lokal) buatan sendiri, begitu pula dengan
pestisida dicari dari tumbuhan behasiat sebagai pengendali hama. Dengan
demikian biaya yang keluarkan menjadi lebih efisien dan murah. Penggunaan pupuk
organik dari musim pertama ke musim berikutnya mengalami penurunan rata-rata
25% dari musim sebelumnya. Sedangkan pada metode konvensional pemberian pupuk
anorganik dari musim ke musim cenderung meningkat, kondisi ini akan lebih sulit
bagi petani konvensional untuk dapat meningkatkan produsi apalagi bila
dihadapkan pada kelangkaan pupuk dikala musim tanam tiba.
Pemupukan dengan bahan
organik dapat memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia maupun biologi tanah,
sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI menjadi lebih mudah dan murah,
sedangkan pengolahan tanah yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus
kondisi tanah semakin kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat,
mengakibatkan pengolahan semakin sulit dan biaya akan semakin mahal.
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
1.Metode Sri merupakan
sistem yang efisien serta efektif karena dapat menguntungkan untuk petani, produksi meningkat sampai 10 ton/ha, selain
itu karena tidak mempergunakan pupuk dan pestisida kimia, tanah menjadi gembur,
mikroorganisme tanah meningkat jadi ramah lingkungan.
2. Metode ini meliputi
persiapan benih, pengolahan tanah, pemupukan organik, Pengairan yang
intensif(secukupnya), serta pemeliharaan untuk mencapai hasil yang melimpah.
3.Sistem SRI lebih
sederhana dan hasil lebih banyak dari pada sistem
konvensional yang
membutuhkan biaya yang lebih tinggi dan hasil rendah.
B.Saran
Untuk mempercepat
penyebaran metode SRI perlu dukungan dengan kebijakan pemerintah pusat maupun
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Entun Santosa, 2005.
Rice organic farming is a programme for strengtenning food security in
sustainable rural development. Makalah seminar Internasinal Kamboja ROF.
Kuswara dan Alik
Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of Rice
Intencification). Kelompok Studi Petani : Ciamis.
Mutakin, J. 2005.
Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma pada Kondisi SRI (Systen of
Rice Intencification). Tesis
Pascasarjana: Unpad Bandung.
Sampurna Untuk
Indonesia. 2008. SRI Sytem Rice intensification. Pasuruan.
Posting Komentar