Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Pendidikan D-III Kesehatan
Jurusan Gizi
Oleh :
SRI SUSI AYUNI
NIM 122110172
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES PADANG
PRODI D III GIZI
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggunaan Bahasa
Indonesia Ditengah Maraknya Bahasa Alay
dikalangan Remaka”
Penulisan dan penyelesaian Makalah ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Atas
bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku
Direktur Politeknik Kesehatan Padang
2. Ibu Upit Yulianti, DN. M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama
perkuliahan.
3. Keluarga tercinta Papa, Mama, Teta,
Taufik, dan Adik Azam yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan
kepada penulis selama ini.
4. Rekan-rekan seperjuangan di lingkungan
kampus Jurusan Gizi dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan Makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak,
untuk kesempurnaan Makalah ini di masa yang akan datang. Harapan penulis,
semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Padang , Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...................................................................................
2
C. Tujuan
Penelitian....................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
1. Bahasa Indonesia....................................................................................
3
2. Bahasa
Alay............................................................................................
5
3. Penggunaan bahasa Indonesia dikalangan
remaja ditengah maraknya
bahasa
alay.............................................................................................
7
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN.....................................................................................
10
B. SARAN.................................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa merupakan simbol
khas dari suatu negara ataupun wilayah, karena bahasa merupakan unsur vital
dalam berkomunikasi atau sebagai alat komunikasi paling utama. Dalam melakukan
interaksi, hubungan sosial dengan sesama di masyarakat, setiap orang butuh bahasa.
Bahasa sangat beragam di dunia ini, karena setiap negara mepunyai bahasa
masing-masing yang berbeda satu sama lain, bahkan bahasa dapat membedakan
antara negara yang satu dengan negara yang lain. Negara Indonesia menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa umum atau utama dalam bernegara, berbeda dengan
negara Amerika yang menggunakan bahasa Inggris dalam bernegara. Jadi, bahasa
juga dapat menjadi ciri dari suatu negara.
Akhir-akhir ini, Bahasa
Indonesia banyak mengalami penambahan begitu banyak kosakata. Apakah datang
dari bahasa daerah, dari bahasa alay anak baru gede (ABG), atau bahkan yang
datang dari luar Indonesia, dari negeri China misalnya. Banyak yang merasa prihatin dan menganggap
kosakata baru tesebut merusak bahasa bakunya. Hal tersebut tentu saja sulit
dielakkan mengingat teknologi informasi yang sudah sangat terbuka sekarang ini
dan tentu saja aliran informasi yang “bersliweran” tersebut akan saling
mempengaruhi.
Terlepas merusak bahasa
baku atau tidak, istilah dan kosakata baru (gaul/alay) semakin memperkaya
khasanah bahasa Indonesia. Para pengguna Bahasa Indonesia harus mampu
membedakan antara yang baku dan yang berkembang. Kita semua tahu bahwa bahasa
Indonesia telah memiliki format yang baik dan benar. Namun tak bisa
“dipungkiri”, akibat perubahan jaman yang begitu cepat melesat, munculah
istilah-istilah baru. Entah siapa yang menciptakan dan mempopulerkan, tiba-tiba
saja kita sering diperdengarkan oleh kosakata-kosakata yang tidak pernah kita
dengar sebelumnya.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa
Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan bahasa alay?
3. Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia
dikalangan remaja ditengah maraknya bahasa alay.
3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui
penggunaan bahasa Indonesia ditengah maraknya bahasa alay dikalangan remaja.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui tentang Bahasa Indonesia..
1.3.2.2 Untuk mengetahui tentang Bahasa Alay.
1.3.2.3 Untuk melihat
penggunaan bahasa Indonesia dikalangan remaja ditengah maraknya bahasa
alay.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bahasa Indonesia
Bila kita berbicara
tentang bahasa dan kita, pertama kita harus mengetahui apa arti dari bahasa itu
sendiri dan pengaruh bahasa bagi kita. Dalam arti yang sangat singkat, bahasa
adalah alat atau sarana untuk berkomunikasi. Bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dimana
pelaku/pengguna bahasa adalah kita sendiri dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan kita.
Beralih ke penggunaan
bahasa di setiap bangsa atau negara, bahasa mengambil peran yang sangat penting
dan merupakan identitas suatu bangsa. Seperti di negara kita, Indonesia
mempunyai banyak bahasa, yang semakin memperjelas identitas negara kita dengan
negara lain, tetapi bahasa yang dapat menyatukan masyarakat Indonesia sendiri
dan telah di akui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928 adalah bahasa Indonesia.
Sebagai bahasa nasional
dan juga sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia wajib digunakan dalam segala
kegiatan resmi kenegaraan. Demikian pula di semua jenjang pendidikan mulai dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi, bahasa Indonesia dijadikan sebagai
bahasa pengantar. Hal itu dimaksudkan agar bahasa Indonesia dapat berkembang secara
wajar di tengah masyarakat pemakainya. Selain itu, upaya tersebut diharapkan
pula dapat menjadi perekat persatuan suku yang ribuan jumlahnya ini menjadi
satu bangsa yang besar yakni, bangsa Indonesia.
Kecenderungan
mengunggulkan identitas asing akhir-akhir ini telah menjadi-jadi, tidak
terkecuali bahasa. Hampir setiap gedung-gedung megah di Indonesia, terpampang
tulisan-tulisan asing sebagai lambang kemodernan, sedangkan pemakai bahasa
Indonesia dianggap kampungan atau tidak keren dan telah ketinggalan zaman.
Sikap yang demikian ini tentu akan melunturkan citra dan identitas bangsa.
Sepanjang sejarah
bahasa Indonesia selalu mengalami perkembangan. Dalam perkembangannya bahasa
Indonesia tidak menampik kenyataan terhadap masuknya bahasa lain. Justru
bahasa-bahasa yang masuk itu dapat memperkaya bahasa Indonesia terutama dari
segi perbendaharaan kata. Sungguhpun bahasa Indonesia diperkaya oleh bahasa
lain, tetapi tidak sampai pada struktur bahasa secara keseluruhan. Karena itu,
bahasa Indonesia tetap dapat menunjukkan jati dirinya.
Kenyataan memang tidak
dapat dipungkiri. Kendati telah ditetapkan aturan baku tentang penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar (formal), tetapi aturan tersebut masih
diingkari oleh sebagian masyarakat kita. Bahkan, gejala merendahkan bahasa
sendiri semakin nyata. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku berbahasa
masyarakat kita dewasa ini.
Sikap bangsa Indonesia
terhadap bahasa Indonesia cenderung ambivalen, sehingga terjadi dilematis.
Artinya, di satu pihak kita menginginkan bahasa Indonesia menjadi bahasa
modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman serta mampu merekam ilmu
pengetahuan dan teknologi global, tetapi di pihak lain kita telah melunturkan
identitas dan citra diri itu dengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing
sebagai lambang kemodernan. Atas dasar itu, tidak heran jika para remaja masa
kini lebih cenderung menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul sebagai bagian
dari hidupnya jika mereka tidak ingin disebut ketinggalan zaman.
Slogan “pergunakanlah
bahasa Indonesia dengan baik dan benar”,tampaknya mudah diucapkan, namun
maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud
nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan
bahasa baku. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pemakaian
bahasa yang sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku.
saat ini sudah semakin
sulit ditemukan generasi muda bangsa Indonesia yang bangga dan mencintai bahasa
Indonesia. Dalam artian, generasi yang mampu berbahasa Indonesia yang baik dan
benar. Sebagai contoh, dewasa ini banyak bermunculan ragam-ragam bahasa yang
secara eksplisit bertentangan dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan Bahasa
Indonesia.
penyebab lain
memudarnya eksistensi atau kesaktian dari Bahasa Indonesia disebabkan oleh
memudarnya kemampuan menulis. Semakin hari tingkat kemampuan menulis, khususnya
di kalangan akademisi, sangat memprihatinkan. Tidak jarang ditemukan akademisi
yang belum bisa berbahasa dan menulis sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Sejatinya, untuk hidup
di zaman sekarang dan nanti, ada tiga kemampuan yang mesti dimiliki oleh setiap
orang, yaitu kemampuan berbahasa, kemampuan menulis, dan kemampuan berbicara,”
Menjamurnya media
elektronik dan media sosial di internet juga turut memengaruhi perkembangan
Bahasa Indonesia. Padahal, media elektronik seperti telepon genggam dan media
sosial di internet merupakan media paling baik dan simpel untuk belajar bahasa
Indonesia.
2. Bahasa Alay
Kaum tua barangkali
baru sekarang mendengar kata alay, walaupun pernah tetapi belum paham secara
detail seperti apa karakteristik bahasa yang sangat popular dikalangan besar
kaum muda ini.
Alay sebenarnya bukan
struktur bahasa baru dalam khazanah linguistic karena ilmu linguistic tidak
mengenal kosakata ini. hanya saja bahasa alay berkembang berawal dari
kreatifitas anak muda dalam memodifikasi atau meleburkan bahasa Indonesia
kedalam bahasa yang menurut mereka sangat unik dan sesuatu yang baru, yaitu
menggabungkan antara abjad-abjad dalam bahasa Indonesia (unsure fonemis) dengan angka-angka yang
menjelma menjadi bahasa tulis dan dapat dibaca walaupun secara ilmiah sama
sekali tidak mengandung makna dan maksud (absurd).
Tetapi bagi pengguna
alay tulisan-tulisan itu dapat dimengerti dan mengandung maksud. Hal itu
didasarkan karena pandangan mereka yang menganggap alay adalah sesuatu yang
baru dalam berkomunikasi. Bahasa atau tulisan yang bisa mewakili jiwa muda
penggunanya.
Bahasa alay pun dalam
perkembangannya tidak hanya dalam bentuk tulisan-tulisan semacam itu tetapi
juga dalam singkatan-singkatan yang didalamnya angka-angka masih mendapat peran
utama, misalnya, “5f” diartikan oleh kaum alay menjadi “maaf” atau “4u” yang
kemudian diujarkan “for u” (untukmu=Bahasa Indonesia). “5x 9” diujarkan “sekali
lagi”. “5sh” atau diujarkan “masih” dan masih banyak singkatan-singkatan lain
yang unik.
Singkatan ini juga
tidak jauh berbeda dengan pengejaan tulisan alay diatas, sama sekali tidak
mengandung maksud atau makna yang dapat dipertanggungjawabkan.
Bahasa alay yang kerap
digunakan antara lain dalam penulisan pesan singkat atau sms, dalam social
media, yang kemudian dari kedua hal yang dekat dengan kehidupan tersebutlah
telah menjadi kebiasaan. Sering kali kita temui dalam penulisan tugas sekolah,
karya tulis, ataupun dalam tataran akademik lainnya, bahasa-bahasa tersebut
digunakan padahal penulisan tersebut tidak diperkenankan. Bahasa-bahasa yang
kerap ditemukan antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
1. Huruf yang digunakan tidak sesuai yaitu
besar kecil, seperti : KaMu gI aPaH, SalAm, dan sebagainya
2. Bahasa yang dipakai
tidak sesuai dengan penulisan, seperti: CemuNguds ya QaQa, AkuH 9ak Bisa SmS…
3. Tanda baca yang
dipakai berlebihan dan tidak sesuai, seperti: CemuNguds ya QaQa,..!!
4. Pengkombinasian huruf dan angka dalam
membentuk rangkaian kata, seperti: 9ag, 5aff, kaMuh 5 caPah?, dan masih banyak
hal janggal dalam penulisan yang tidak sesuai.
3. Penggunaan bahasa Indonesia Dikalangan
Remaja ditengah Maraknya
bahasa Alay
Akhir-akhir ini, Bahasa
Indonesia banyak mengalami penambahan begitu banyak kosakata. Apakah datang
dari bahasa daerah, dari bahasa gaul anak baru gede (ABG) seperti bahasa alay,
atau bahkan yang datang dari luar Indonesia.
Banyak yang merasa prihatin dan menganggap kosakata baru tesebut merusak
bahasa bakunya. Hal tersebut tentu saja sulit dielakkan mengingat teknologi
informasi yang sudah sangat terbuka sekarang ini dan tentu saja aliran
informasi yang “bersliweran” tersebut akan saling mempengaruhi.
Terlepas merusak bahasa
baku atau tidak, istilah dan kosakata baru (gaul) semakin memperkaya khasanah
bahasa Indonesia. Para pengguna Bahasa Indonesia harus mampu membedakan antara
yang baku dan yang berkembang. Kita semua tahu bahwa bahasa Indonesia telah memiliki
format yang baik dan benar. Namun tak bisa “dipungkiri”, akibat perubahan jaman
yang begitu cepat melesat, munculah istilah-istilah baru. Entah siapa yang
menciptakan dan mempopulerkan, tiba-tiba saja kita sering diperdengarkan oleh
kosakata-kosakata yang tidak pernah kita dengar sebelumnya yang dikenal sebagai
bahasa alay oleh kalangan remaja.
Pengaruh bahasa alay
yang dinilai negative terhadap bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Seringnya kaum muda menggunakan
bahasa alay maka secara perlahan-lahan mereka akan meninggalkan bahasa
Indonesia yang merupakan jiwa masyarakat Indonesia, bagian dari budaya, dan
pemersatu bangsa Indonesia.
2. Eksotisme alay yang telah
merasuk pada pola pikir penggunaannya itu menawarkan daya tarik luar biasa
dibandingkan bahasa Indonesia dan daya tarik inilah yang lantas menjadi tren
baru dengan label gaul yang secara otomatis menggeser bahasa Indonesia sebagai
bahasa satu seperti yang tertuang dalam sumpah pemuda. Bahasa satu disini tentunya
bukan satu-satunya bahasa yang digunakan di Indonesia hanya saja bahasa satu
ini adalah bahasa nasional.
3. Jika terlalu lelapnya kaum
muda menggunakan bahasa alay ini dalam media ponsel dan jejaring social secar
psikologi akan terbawa kebiasaan itu
didalam kehidupan diluar dua hal tadi, sehingga akan mempengaruhi
generasi muda yang lain yang belum mengerti tentang bahasa itu kecuali dari
struktur seperti itu (mengikuti).
4. Pengaruh paling besar adalah
pelajaran Bahasa Indonesia disekolah dianggap pelajaran yang sangat mudah dan paling mudah sehingga pembahasan mengenai
materi bagaimana struktur morfem dan kalimat serta materi menulis sebagai salah
satu keterampilan berbahasa terkesan disepelekan karena dalam keyakinan mereka
secara psikologis bahasa alay lah yang paling bisa mewakili jiwamuda.
Namun dibalik pengaruh
negative dari timbulnya bahasa alay terhadap bahasa Indonesia dikalangan
remaja, juga mengandung pengaruh positif, antara lain :
1. Bahasa alay umumnya digunakan sebagai
alat komunikasi via ponsel atau jejaring social dan tidak digunakan dalam
kegiatan-kegiatan formal seperti dalam diskusi, seminar, kegiatan belajar yang
secara jelas merupakan kegiatan yang rentan terhadap aspek penggunaan
kebahasaan yang formal.
2. Bahasa alay dalam
perkembangannya tidak akan bertahan lama dan berjangka panjang karena sifatnya
yang mengikuti keadaan zaman yang berkembang pada masa itu , jadi pengaruhnya
tidak begitu banyak dan luas karena eksistensi bahasa Indonesia , kecuali hanya
sebuah kreatifitas (seni tulisan saja).
Dari dua hal diatas
menunjukkan bahwa eksistensi bahasa alay sendiri bisa diredam , yang jelas
selama eksistensi bahasa alay tidak masuk dalam tatanan kehidupan sehari-hari
yang melibatkan aspek kebahasaan secara penuh,maka bahasa alay masih bisa
diluruskan pada koridor bahasa Indonesia yang baik , benar, dan baku. Dengan
demikian bahasa satu bahasa Indonesia , ruhnya terasa sekali dalam segenap jiwa
dan raga.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dalam komunikasi antar
manusia, yang dibutuhkan bukanlah bahasa gaul, atau bahasa alay, melainkan
bahasa yang wajar dan mudah dipahami oleh komunikan, dan komunikatornya.
Biasanya bahasa alay
akan mengalami masa “pasang-surut”, tiap generasi memiliki selera dan
dinamikanya sendiri, tidak perlu dipersoalkan secara serius sebagai sebuah
ancaman rusaknya tatanan bahasa, karena hanya bersifat sementara, datang dan
pergi dan selalu akan begitu.
Bahasa gaul dan bahasa
alay hanya digunakan sebagai bahasa komunitas kaum muda usia yang mencoba
membangun solidaritas dan bertahan ditengah-tengah jaman yang semakin cepat
berlari. Namun Posisi Bahasa Indonesia dalam hal ini tidak dapat digantikan
karena merupakan bahasa Nasional.
2. SARAN
Sebagai genenerasi muda
bangsa Indonesia hendaknya kita lebih bangga akan bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia, karena kelak kita yang akan membawa nama baik Indonesia dikancah
dunia, kita harus mampu menunjukkan citra baik, sopan, cerdas, dan
berintelektual tinggi melalui bahasa kita, Bahasa Indonesia.
Posting Komentar